Monday, July 25, 2011

Antara Setan, Neraka, dan Koruptor

Frans Sartono 
Hai setan kini engkau menang, semoga engkau senang/ Kudoakan kepada Tuhan, untukmu komohonklan neraka jahanam ...
Itu potongan lagu ”Neraka Jahanam” yang dibawakan dua jawara rock, Duo Kribo:Ahmad Albar dan Ucok ”AKA” Harahap pada 1978. Lagu-lagu rock era 1970-1980-an memang berkutat pada imaji-imaji seputar setan, neraka, badai, dan hujan. Gambaran serba keras, seram, dan angker itu lahir dari impresi auditif atas musik rock, terutama dari distorsi gitar yang keras-keras kasar, meraung-meraung, serta dentuman drum.
Selain lagu ”Neraka Jahanam”, muncul juga lagu-lagu, seperti ”Selimut Neraka” (SAS), ”Jarum Neraka” dan ”Tangan-Tangan Setan (Nicky Astria), ”Setan Ketawa” (God Bless), ”Preman Metropolitan,” dan ”Air Api”(Ikang Fawzi), serta ”Hujan Badai” (Panbers). Atau simak lagu rock versi Koes Plus seperti ”Hujan Angin,” ”Kelelawar,” ”Kala-kala Hitam,” dan ”Hanya Pusaramu.”
Ian Antono, gitaris God Bless, mengakui impresi auditif dari musik rock, terutama bunyi gitar yang keras-keras distortif dan gemuruh drum, merangsang gagasan untuk melahirkan lirik lagu bercitra keras dan seram.
”Lirik disesuaikan dengan warna distorsi, suara gitar meraung-raung, drum yang full power, dan kebingaran musik. Kalau dibikin lagu, kita gambarkan setan itu begitu,” kata Ian yang bersama God Bless tampil dalam perhelatan musik Java Rockin Land, pekan ini.
Benny Panjaitan dari band Panbers menulis lagu ”Hujan Badai” karena menurut dia musik rock memang harus keras. Oleh karena itu, tema-tema lagu yang menggambarkan suasana keras dianggap sesuai jika dibawakan dalam kemasan musik rock. ”Hujan, apalagi badai itu kan keras. Itu cocok untuk tema lagu rock,” kata Benny.
Mungkin yang paling jujur dari semua lagu tersebut adalah Benyamin S. Dia secara apa adanya dan dengan gaya kocak menerjemahkan kesan meledak-ledak dari musik rock dalam lagu ”Kompor Meleduk.” Begini lirik awalnya: ”Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk/ Ruméh ané kebakaran garé-garé kompor mleduk.”
Lebih polos lagi, Benyamin ”mentransformasikan” gaya menyanyi penyanyi rock yang pecicilan dan penuh teriak itu dalam lagu ”Kesurupan.” Ia menirukan gaya orang kesurupan dengan gaya banyolan khasnya, ”Hei setan mana ini? Setan Gundul.” Di tangan Benyamin, rock menjadi komedi. Lagu rock digunakan untuk main-main dengan semangat kerakyatan.
Meniru dan identitas 
Apa boleh buat, rock datang ke Indonesia sebagai suara. Bukan sebagai sebuah gerakan budaya kaum muda seperti yang terjadi di Barat, tanah asalnya. Yang kemudian tertangkap di sini adalah aspek suara yang ingar. Bernyanyi rock dalam bahasa Indonesia dirasa oleh seniman Melayu sebagai perkara yang tidak mudah.
”Penataan nadanya susah karena kita terbiasa menggunakan bahasa Inggris. Kemudian kita harus menggunakan bahasa Indonesia. Mengucapkan ’aku cinta padamu’ saja rasanya juga aneh,” kata Ian Antono mengenang masa ketika harus membuat rock dalam bahasa Indonesia. Belakangan Ian produktif menulis lagu rock, bekerja sama dengan penulis lirik.
Pengamat dan praktisi musik, Remy Sylado, bisa memahami kesulitan musisi Indonesia tersebut. Salah satu faktor penyebabnya adalah panjangnya suku kata dalam bahasa Indonesia. ”Untuk mengatakan I love you saja dari tiga suku kata perlu tujuh suku kata menjadi a-ku cin-ta pa-da-mu,” tuturnya.
Proses mengindonesiakan rock memang melewati tahapan meniru.
Arthur Kaunang, pemetik bas band AKA dan kemudian membentuk SAS bersama personel AKA Sunata Tanjung dan Sjech Abidin, itu mengakui proses meniru merupakan sesuatu yang wajar. AKA dan SAS, misalnya, banyak membawakan lagu Jimi Hendrix, James Brown, Black Sabbath, Grand Funk Railroad, dan ELP.
”Kami saat itu masih sebagai pemain (lagu orang). Tapi, itu menjadi dasar untuk menjadikan rock sebagai tuan rumah di negeri sendiri,” kata Arthur.
Ian Antono juga mengakui melewati proses meniru sebagai semacam tahapan belajar untuk akhirnya mendapatkan identitas personal dan rasa percaya diri . ”Aransemen (band yang ditiru) itu melekat di kepala. Menghilangkannya yang susah. Sampai ada not-not Genesis yang masih terasa,” kata Ian jujur.
Dalam proses tersebut, penyanyi Ikang Fawzi memilih Rod Stewart yang bersuara serak. Di panggung ia sering membawakan lagu Rod, seperti ”I Don't Wanna Talk About It.” Menurut Ikang, banyak orang yang suka ketika ia membawakan lagu-lagu penyanyi Rod. “Dulu saya nyanyi berbagai lagu, tapi kalau pas membawakan lagu rock, apalagi dari Rod Stewart, responsnya meriah, jadilah saya sering nyanyi lagu-lagunya,” kata Ikang.
Pemilihan itu menurut Ikang tidak hanya berdasarkan pada kekagumannya pada sang idola, tetapi tak lepas dari warna suaranya. Ia memang mengalami kelainan epiglottis yang menyebabkan suaranya tak bening atau serak. Jadilah Ikang sebagai Rod Stewart ”Melayu” dengan serak-seraknya itu.
Ganyang koruptor
Begitu juga Slank, band yang muncul pada 1983 atau setelah era AKA dan God Bless. Sebelum mendirikan Slank, Bimbim bergabung dalam Cikini Stone Complex (CSC) yang khusus menyanyikan lagu-lagu Rolling Stones. ”Sejak SMP saya sudah nge-band, dan nyanyi lagu-lagu Rolling Stones. Masanya memang seperti itu. Kalau main musik bisa sama persis dengan band Barat yang ditiru, kita sudah hebat,” ujar Bimbim.
Slank pada awal berdirinya masih membawakan lagu-lagu Barat ketika manggung, tapi porsinya hanya 50 persen. ”Kami nyanyi 50 persen lagu-lagunya Rolling Stones, Bon Jovi, Van Hallen. Sisanya 50 persen nyanyi lagu sendiri,” ujarnya.
Belakangan Slank merasakan lagu Barat sudah tidak cukup lagi untuk mengekspresikan diri. Pada saat yang sama, Slank punya kebutuhan untuk berekspresi sendiri melalui lagu.
”Gue pengen teriak tapi enggak bisa kalau pakai lagu Barat. Akhirnya gue teriak pakai lagu-lagu sendiri. Kita teriak protes pada orangtua. Kita juga mulai bicara soal love, peace, dan youth,” ujar Bimbim.
Slank juga menggunakan musik rock untuk untuk menyuarakan sikap antinarkoba, antikorupsi, serta antiperusakan hutan dan lingkungan. Mereka menyerukan perdamaian, solidaritas sosial, saling menghargai, lingkungan dan alam, serta persaudaraan. Dengan rock, Slank mengutuk para koruptor lewat lagu
”Bobrokisasi borokisme”
Dibagi rata semuanya diam
Rame-rame kita korupsi berjamaah
Bobrokisasi borokisme
Rock tampaknya makin relevan saat ini ketika korupsi makin merajalela. Yeaaach! (BSW/NIT)

Disadur Dari KompasDotCom

Komunitas Penggemar Slank di Jambi

24072011_slankers.jpgDUNIA musik negeri ini bertabur grup band. Band berbandrol  major label saja sudah segunung, apalagi ditambah kelompok yang bergerak di jalur indie. Benar-benar bejibun. Namanya pun macam-macam, mulai yang gampang dieja dan ditulis, hingga nama yang rumit berbau asing. Susah mengingatnya.

Namun, jika disebutkan satu nama yakni Slank, penikmat musik di Indonesia, tua maupun muda, rasanya mengakrabinya. Band legendaris yang kini berpersonelkan Bimbim, Kaka, Ridho, Abdee, serta Ivan itu memiliki penggemar luar biasa. 

Saking banyaknya fans band yang berdiri sejak 1983 ini, mereka--biasanya juga bersama-sama OI, penggemar Iwan Fals--selalu nongol membawa atribut mereka di berbagai acara pentas musik, meski yang tampil bukan pentas Slank.    

Komunitas fans Slank atau Slankers bisa ditemukan di berbagai kota, besar maupun kecil, di seluruh penjuru Indonesia. Kota Jambi dan kota-kota kecil di Provinsi Jambi tak terkecuali. Pada Minggu (17/7) sekitar pukul 17.00, Tribun menyambangi komunitas Slankers yang ada di Kota Jambi. Sore itu, tak kurang 40 orang dari mereka sedang berkumpul di Taman Remaja, Kotabaru, Kota Jambi. 

Banyak atribut Slank ada di antara mereka. Ada yang membawa bendera bergambar logo Slank, ada juga yang mengenakan oblong maupun baju berlogo Slank. Di Taman Remaja sore itu, Tribun mengobrol dengan seorang di antara Slankers Jambi. Ia adalah seorang pria muda bernama Dyan Cane. 

"Nama komunitas kami Slank Fans Club atau SFC Kota Jambi," kata Dyan Cane yang juga Ketua SFC. 

Komunitas SFC  terbentuk pada 2 Mei 2010. Komunitas ini juga baru saja memeroleh pengesahan resmi oleh para personel band Slank serta Bunda Iffet sang Manajer Slank pada 24 Juni 2011 lalu. Itu terjadi di Pekanbaru Riau, di sela-sela acara Soundrenaline yang memang menghadirkan penampilan Slank.  Tercatat 21 Slankers Jambi berangkat ke Pekanbaru kala itu.

                                        157 Anggota
Hingga saat ini, komunitas tersebut mencatat di database mereka bahwa jumlah anggota resmi yakni yang memegang kartu tanda anggota (KTA)  ada 157 orang. Rentang usia para anggota tersebut adalah antara 14 tahun sampai dengan 38 tahun 

Selain itu, Slankers Jambi pun masih memiliki sejumlah anggota yang berdomisili di Muara Bulian, Sarolangun, Muara Bulian, serta Tempino. Ini belum lagi para anggota yang menghimpun diri dalam satuan ranting di Tebo dan Kuala Tungkal yang masing-masing beranggota sekitar 70 orang.
Menurut pria yang tinggal di daerah Persijam, Kota Jambi tersebut, Slankers Kota Jambi memang biasa berkumpul sepekan sekali setiap Ahad sore di Taman Remaja. Mereka pada hari itu lazimnya kongkow di Taman Remaja sekitar pukul 16.30.. 

"Minggu kedua dan minggu keempat, kami ada yang namanya kumpul wajib," kata Dyan merincikan lebih lanjut soal acara kumpul Slankers Kota Jambi. Pada acara kumpul wajib dua pekan sekali itu, Slankers dari Muara Bulian dan Tempino, juga bahkan Tebo, biasanya datang.

Sehabis Maghrib, Slankers yang berkumpul rutin memang biasanya meninggalkan Taman Remaja. Namun, tidak berarti mereka semua lantas pulang. Banyak dari mereka akan bergeser ke basecamp mereka di Warnet Scream Net di Jalan Pangeran Hidayat Kota Jambi. (yoseph kelik)


Disadur Dari TribunJambiDotCom

Saturday, July 23, 2011

Java Rockinland 2011, Pestanya Legenda Rock


Slank tampil menghibur penonton saat konser Java Rockinland di Pantai Carnaval, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, Sabtu (9/10/2010). Festival musik ini menghadirkan band-band rock kelas dunia, antara lain The Smashing Pumpkins, Arkarna, Stereophonics, Dashboard Confessional, Di-Rect dan Living Thing. Konser ini digelar hingga 10 Oktober 2010. KOMPAS IMAGES/BANAR FIL ARDHI 


Gudang Garam InterMusic Java Rockin'land (JRL) 2011 telah mempersiapkan suguhan festival musik rock dengan daftar band Indonesia yang menggambarkan perkembangan dan perjalanan musik rock Tanah Air.
Dengan mengusung tema "The Rock Legend-JRL", grup rock legendaris Indonesia siap berpesta di Pantai Karnaval Ancol, Jakarta Utara, pada 22-23 Juli 2011. "Kemarin sudah banyak program indie, Java Rockin'land 2011 kali ini akan menggambarkan perkembangan dan perjalanan musik rock Indonesia. Dari era 1970-an ada God Bless, sedangkan di era 1980 ada Edane, Power Metal. Masuk ke era 1990 akan ada PAS Band, Netral, /rif, dan band powerpop, seperti Naif dan Sheila On Seven," jelas Direktur Program JRL, Eki Puradireja, dalam jumpa pers di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2011).

Selain itu, JRL juga akan mereunikan grup rock kelas dunia yang telah bubar. "Juga ada nama-nama (grup rock) yang sudah bubar. Ini seperti reunian, seperti Step Forward, 7 Deadly Sins," tambah Eki.
Pesta para legenda musik rock itu semakin lengkap dengan kehadiran grup band asal Irlandia, The Cranberries. "Saya rasa The Cranberries juga legenda di zamannya. Mereka adalah band-band bagus, saya rasa ini langkah yang bagus untuk mengundang mereka," kata Direktur Program JRL lainnya, Paul Dankmeyer.